Rabu, 29 Juli 2009

“Ketika Mahasiswa Bekerja Sebagai Waiter Hotel”


Ditengah berbagai aktifitas kampus yang sarat akan aktifitas keagamaan dan organisasi, ada aktifitas lain yang dilakoni mahaiswa syariah. Menjadi waiter (pelayan) di hotel berbintang. Ini pasti mengherankan.....!!! kok bis...??? bagaimana tuh ...?.
Seperti apa sebenarnya pekerjaan mereka...? Pekerjaan waiter bermacam-macam bentuk. Waiter di bidang wedding biasa diistilahkan Banquet. Istilah waiter banyak dipakai oleh pekerjaan pelayan restoran. Ada istilah Bartender untuk pelayan di kafe minuman. Waiter bekerja melayani pesanan makanan para tamu. Mereka diwajibkan berpenampilan rapi dan memakai uniform. Dalam melayani tamu mereka dituntut bersikap sopan dan profesional.
Teman-teman Syarah yang bekerja sebagai waiter diantaranya berinisial UB. Dia bekerja di Imperial Ballroom Pakuwon Lontar SBY sejak Nov 08. Pilihan bekerja sebagai waiter Wedding karena butuh uang untuk tambahan biaya hidup.” Ya buat sampingan”.Mahasiswa yang kost pada umumnya dihadapkan pada kebutuhan yang tidak sedikit.
Begitu Juga dengan mahasiswa sebut saja DK. Mahasiswi Syariah smt VlI bekerja di Hotel Empire Blauran, sejak bulan Juni 2008. Mereka bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup di Surabaya. Mahasiswa sebagai orang rantau juga penuntut ilmu, sarat banyak pengeluarannya.
Namun apakah pekerjaan yang mereka lakukan tidak menganggu kuliah? Sebagai pelajar ternyata pekerjaan ini memang mengganggu aktifitas kuliah mereka. Mahasiswa berhadapan dengan berbagai kegiatan kuliah, tugas, atau organisasi. DK merasa kuliahnya terganggu oleh pekerjaan ini, “ terganggu sedikit” ungkapnya. Hal ini juga dirasakan UB, ia tidak mau bekerja ketika hari-hari aktif. “ aku takut kuliah terganggu”. Mahasiswa banyak disibukkan dengan banyak tugas dan kegiatan kampusnya. Jika bekerja maka secara otomatis mengganggu kuliahnya.
Pada saat ini dunia perhotelan sangat diminati dan trend. Tidak heran tempat pendidikan jurusan ini selalu banyak peminatnya calon-calon mahsiswa. Ketika Arrisalah mencoba menelusuri dunia perhotelan. Sungguh sangat mengesankan. Disana tempat berbaurnya kalangan borjuis. Memiliki gaya hidup glamour , mobilitas tinggi, padat aktifitas, dan privasi. Mereka menjadi orang yang selalu ingin dilayani dengan baik dan terhormat. Gaji pun yang didapat dari pekerjaan ini cukup tinggi.
Hal ini bisa mempengaruhi siapapun yang bekerja disana, untuk lebih mendalami hal-hal yang berbau perhotelan. Mengenai rencana menekuni bidang perhotelan. Apakah mahasiswa syariah ini ada komitmen juga untuk kesana ?
DK dengan sangat bersemangat menjelaskan bahwa ada program untuk menekuni dunia perhotelan ini setelah lulus nanti, “ pasti ada rencana, kebetulan di JW Mariot ada saudaraku yang menjadi salah satu managernya “, ucapnya. Hal ini sedikit berbeda dengan Ub. Ia belum berpikir sejauh itu. Tapi dia juga tertarik. Ada benak dihatinya. Apabila dunia perhotelan mempunyai porspek bagus, maka akan dilakukan, “ ya kalau bidang ini mempunyai porspek yang bagus, apapun saya lakukan. Yang penting benar-benar bisa membantu dalam hidup saya”. Ungkap maha siswa jurusan Akhwalul As-Syahsiyyah ini.

Pengalaman hidup bagi mereka adalah hal yang utama. Pembentukan karakter, kepemimpinan, etika, soft skiil, dan sopan santun di dunia pekerjaan. Merupakan awal kesiapan menghadapi masa depan mereka. Selain itu, dengan berbaur dalam pola hidup dikalangan para elit. Mereka bisa berbaur dengan siapapun. Mulai dari penampilan yang rapi dan bersih, gaya berbicara, gaya duduk, makan, dalam bekerja, dan dalam berelasi.
Berbaur atau interaksi yang didapat dari waiter adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, suku atau etnis. Mereka bisa melihat budaya, gaya hidup mereka yang berbeda dengan kita. Diantara mereka adalah etnis Tionghoa. Hal yang unik dari orang cina adalah makanan mereka. Ada Angsio Haisom, Sangupang, Udang Naga dan banyak lagi makanan yang jarang kita jumpai. Bahkan bisa berbaur dengan orang- orang Eropa atau Amerika.
Komentar tentang mahasiswa yang bekerja dibidang perhotelan. Pak Yazid Menjelaskan bahwa dalam kaitan dengan etos kerja, pekerjaan waiter adalah boleh. Di Fak. Syariah terdapat aspek kompetensi dan non kompetensi. Aspek kompetensi outputnya ialah hakim, pengacara, dosen. Hal ini adalah kompetensi utama. Tapi ada kompetensi yang bukan utama. Lulusan dari Fak Syariah, yang tidak terserap oleh kompetensi utama, ada kompetensi penunjang. Kompetensi penunjang ini bisa menjadi alternatif.
Lanjut beliau bahwa salah satu penyebab tidak fokusnya aktifitas mereka yakni lapangan kerja yang tidak mungkin menyerap semua lulusan. Mahasiwa syariah terlalu banyak. Realitasnya peluang usaha sangat sedikit, dan banyak persaingan. Antara Kebutuhan dan jumlah kelulusan tidak seimbang. Sehingga lulusan syariah tidak harus berada dalam kompetensi utama artinya kita tidak boleh memberikan persepsi bahwa pekerjaan tersebut( baca: waiter) dianggap tidak layak. Bila kita mengandalkan idealitas, padahal ini tidak banyak menyerap kepentingan kelulusan. “Berapa sih peluang menjadi hakim? Jaksa? Skill penunjang sekarang menjadi faktor penting”.
Mahasiswa Syariah dihadapkan pada paradigma modern. Ditengah masyarakat yang syarat dengan aktifitas keduniawian. Dunia kerja di sektor formal seperti perkantoran perkantoran, pabrik,perhotelan, teknisi. lebih membutuhkan tenaga kerja dari lulusan SMA atau sarjana ilmu umum. Sektor non formal pun begitu. Ruang lingkup pekerjaan dibidang keislaman terbatas. Tidak sedikit sarjana syariah kesulitan cari kerja.
Disini ada kebimbangan dari sarjana IAIN untuk memasuki dunia kerja. Mahasiswa syariah berkemampuan lebih dalam keilmuannya, mungkin bisa memasuki dunia kerja seperti menjadi Guru Agama, Dosen Agama, Pengadilan Agama, aktifitas sosial maupun politik. Bagaimana dengan mahasiswa yang berkemampuan sedang. Secara otomatis akan sulit bersaing. Akan menjadi suatu problem tersendiri bagi mereka.
Mahasiswa IAIN berkemampuan sedang. Mungkin mereka akan memilih pekerjaan lain diluar studinya, yang sesuai dengan skiil dan kemauannya. Untuk kelangsungan kehidupan seperti di sektor wirausahawan, pegawai pabrik atau perkantoran.
Dalam mengatasi persoalan tersebut adalah tidak mudah. Banyak hal yang perlu dibenahi baik sistem pendidikan, lembaga pendidikan pelaku pendidikan maupun lapangan dunia kerja. Masalah yang sangat komplek ini harus diatasi. Sehingga sarjana agama islam kususnya IAIN tidak risau.

Oleh : Very

Tidak ada komentar:

Posting Komentar